Banyak orang mengira kuliah itu sama saja seperti SMA versi level up: lebih banyak buku, lebih banyak tugas, dan tentu saja lebih banyak belajar. Padahal, kalau cuma soal belajar teori, kita semua bisa kalah cepat sama Google. Mau tahu definisi ekonomi? Tinggal ketik, dalam 0,34 detik muncul jutaan hasil. Jadi, kalau kuliah hanya untuk belajar isi buku, percuma bayar UKT mahal-mahal.

Albert Einstein pernah bilang, tujuan utama kuliah adalah melatih pikiran untuk berpikir, bukan mengingat hal-hal yang bisa dicari di buku. Jadi, kuliah itu seperti gym untuk otak. Bedanya, yang diangkat bukan barbel, tapi pertanyaan “kenapa” dan “bagaimana”. Dan percayalah, ini lebih bikin keringetan daripada olahraga.

Di kelas, dosen sering kasih pertanyaan aneh: “Mengapa teori ini relevan untuk kondisi sekarang?” atau “Bagaimana kalau kasusnya dibalik?” Nah, momen seperti itu sebenarnya latihan otak biar nggak tumpul. Kalau kamu cuma belajar definisi, biasanya langsung blank. Tapi kalau terbiasa mikir, pasti bisa kasih jawaban, meskipun awalnya muter-muter dulu kayak GPS nyasar.

Contoh nyata, mahasiswa akuntansi dikasih tugas bikin neraca. Kalau cuma belajar rumus, ya hasilnya angka doang. Tapi kalau paham cara berpikirnya, kamu bisa ngerti alur uang masuk-keluar, bahkan bisa kasih saran ke perusahaan (atau minimal ke warung kopi langganan). Begitu juga mahasiswa teknik yang disuruh bikin maket jembatan. Yang diuji bukan cuma tangan bisa lem kertas, tapi logika kenapa desainnya kuat. Kalau nggak mikir, jembatan bisa roboh bahkan sebelum dipajang.

Lucunya, kuliah itu sering bikin kita jadi ahli multitasking. Misalnya, bisa diskusi serius soal filsafat sambil mikirin besok ada kuis, sambil lagi lapar karena belum makan siang. Tapi justru di situ seni belajar: mengatur waktu, mengelola stres, dan tetap bisa ketawa walau deadline menumpuk.

Kuliah juga melatih mental menghadapi realita. Ujian open book misalnya. Banyak yang senang, padahal itu jebakan. Karena ternyata, bukan jawabannya yang dicari, tapi cara berpikirnya. Buku boleh dibuka, tapi kalau otak tidak dilatih, tetap saja bingung halaman mana yang relevan. Jadi ingat pepatah: “Open book tanpa open mind = nihil!”

Akhirnya, kuliah bukan cuma soal gelar atau IPK tinggi. Gelar bisa dicetak di selembar kertas, IPK bisa ditulis di transkrip, tapi kemampuan berpikir akan terus dipakai seumur hidup. Dunia kerja tidak tanya kamu belajar teori siapa, tapi apakah kamu bisa memecahkan masalah yang nyata.

Jadi, jangan habiskan masa kuliah hanya dengan belajar isi buku. Bacalah lebih banyak, mikirlah lebih dalam, dan jangan takut bertanya meski kadang terdengar konyol. Ingat, pertanyaan bodoh itu sering jadi awal dari jawaban cerdas. Pada akhirnya, dunia butuh lebih banyak orang yang bisa berpikir, bukan sekadar berjalan dengan kepala penuh catatan belajar.

Leave a Comment